Makale Utara, Humas KUA Makale – Sabtu, 1 Februari 2025, di sebuah rumah sederhana di Padang Iring, kehangatan terasa sejak sore. Jamaah Majelis Taklim Nurul Swadaya berkumpul, bukan sekadar untuk bertemu, tetapi untuk menyelami ilmu. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kali ini difasilitasi oleh Penyuluh Agama Islam dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Makale dan KUA Makale Utara.
Dipandu oleh Siti Nurmeida sebagai pembawa acara, suasana berangkat dari kekhusyukan. Tadarus bersama menjadi pembuka, dipimpin oleh Nurhaeda yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tepatnya Surah At-Tahrim ayat 6 hingga 23. Suara bacaan mengalun lembut, menggema dalam ruang yang menjadi saksi bagi perjalanan ilmu para jamaah.
Tak lama, Ustad Muhammad Hakim, penyuluh agama Islam dari KUA Kecamatan Makale, dengan suara yang tenang, ia menyampaikan inti kajian hari itu: “Mempersiapkan Diri Menyambut Bulan Suci Ramadan 1446 H.”
Ramadan bukan sekadar pergantian bulan dalam kalender hijriyah, bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga. Ustad Hakim mengingatkan, persiapan menuju Ramadan bukan dimulai saat hilal terlihat, tetapi jauh sebelumnya—dari hati, dari amal, dari niat yang dibangun sejak dini.
“Bagaimana kita ingin Ramadan menjadi bulan penuh berkah, jika kita tidak menyiapkan diri untuk menyambutnya?” tanyanya, menatap satu per satu wajah jamaah.
Ia menekankan tiga hal utama dalam mempersiapkan diri: perbaikan niat, peningkatan ibadah, dan penyucian hati. Ramadan bukan sekadar ritual, tetapi momentum spiritual untuk memperbaiki diri. Seperti petani yang tak mungkin berharap panen melimpah tanpa menyiapkan ladang, begitu pula umat Islam yang mendambakan keberkahan Ramadan tanpa persiapan yang matang.
Kegiatan berakhir dengan diskusi ringan dan doa bersama. Para jamaah, yang sebagian besar ibu-ibu, tampak larut dalam pemahaman baru. Ramadan memang masih satu bulan lagi, tetapi semangat menyambutnya sudah menyala sejak hari ini.
Di Padang Iring, di rumah Mama Asti, sore itu bukan sekadar pengajian. Sore itu, jamaah Majelis Taklim Nurul Swadaya memulai perjalanan menuju Ramadan—dengan ilmu, dengan kesadaran, dengan hati yang lebih siap. (MF)