Hidup adalah Karunia, Syukur dengan Salat: Bimbingan dan Penyuluhan di Majelis Taklim Nurul Hidayah Lamunan

Makale, Humas KUA Makale – Sebuah siang yang sarat makna bagi jamaah Majelis Taklim Nurul Hidayah Lamunan. Usai menunaikan Salat Jumat, mereka tak langsung beranjak pulang. Seperti pekan-pekan sebelumnya, kegiatan bimbingan dan penyuluhan kembali digelar pada, Jumat, 31 Januari 2024. Kali ini, giliran Penyuluh Agama Islam dari KUA Makale yang hadir, membawa pesan tentang hakikat hidup sebagai karunia Allah dan bagaimana seharusnya manusia mensyukurinya.

Hasrawati Kamaluddin membuka acara dengan khidmat, memandu jalannya kegiatan. Kemudian, suasana pun menjadi lebih syahdu saat Ilham Laratte melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Getaran suara yang menggema di langit-langit majelis mengingatkan setiap yang hadir akan kebesaran Allah, pemilik kehidupan yang sejati.

Puncak acara adalah ceramah dari Ridwan Rambung. Dengan tutur kata yang lugas dan menyentuh, ia mengajak para jamaah untuk merenungi satu pertanyaan sederhana: Sudahkah kita benar-benar bersyukur? Sebuah pertanyaan yang mudah dilontarkan, tetapi jawabannya seringkali tidak sederhana.

“Kita sering kali meminta lebih. Lebih sehat, lebih kaya, lebih bahagia. Tapi, seberapa sering kita berhenti sejenak dan menyadari bahwa apa yang kita miliki hari ini pun adalah anugerah?” ujar Ridwan Rambung.

Baginya, salah satu bentuk syukur yang paling nyata adalah salat lima waktu. Salat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk pengakuan bahwa setiap helaan napas, setiap langkah, setiap rezeki yang datang adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

“Bersyukur bukan hanya di bibir. Tidak cukup dengan ucapan ‘Alhamdulillah’, tetapi juga dengan tindakan. Dan salat adalah salah satu wujud syukur tertinggi kita kepada-Nya,” tambahnya.

Pesan ini begitu relevan di tengah kehidupan yang semakin sibuk. Terkadang, manusia lebih sibuk mengejar dunia hingga lupa siapa yang memberi kehidupan itu sendiri. Padahal, justru dengan menjaga hubungan dengan Allah, segala urusan dunia pun dimudahkan.

Kegiatan bimbingan seperti ini menjadi oase di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Sebuah pengingat bahwa di balik semua ambisi dan perjuangan, ada satu hal yang tidak boleh luput dari rasa syukur. Dan cara terbaik untuk mengungkapkannya bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tunduk dalam sujud, lima kali sehari.

Majelis Taklim Nurul Hidayah Lamunan kembali membuktikan bahwa dakwah tidak harus megah, tidak perlu ribuan jemaah, tetapi cukup dengan pesan yang menyentuh hati. Karena perubahan besar sering kali dimulai dari kesadaran kecil. (MF)