Merawat Kerukunan, Merajut Moderasi: Seksi Bimas Islam Tana Toraja Gelar Dialog Intern Umat Beragama Islam

Makale,Humas Seksi Bimas Islam — Kamis 19 Juni 2025, Dalam ikhtiar merawat kerukunan dan memperkuat nilai-nilai moderasi beragama, Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Toraja menggelar Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dan Moderasi Beragama Islam, sebuah ruang temu yang hangat dan reflektif antarpemuka umat Islam. kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Tokoh Masyarakat, Ormas, Penyuluh dan Penghulu serta kepala KUA .

Haji Arifuddin Selaku Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam mengemukakan bahwa Kegiatan ini menjadi bagian dari program strategis Kementerian Agama dalam mengarusutamakan moderasi beragama sebagai pilar kebangsaan. Beliau menuturkan, “dialog ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antarormas Islam dalam menjaga harmoni internal umat dan mencegah bibit-bibit perpecahan.”

Kegiatan ini dibuka resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Toraja, dalam sambutannya  Haji Usman Senong menguraikan mengenai Trilogi Kerukunan Jilid II yang digagaskan oleh Menteri Agama RI, Haji Nasaruddin Umar.

‘Trilogi pertama yakni kerukunan Manusia dengan Tuhan, hal ini merupakan dasar atau pondasi utama dimana banyak orang beribadah mengaku sebagi umat islam, tapi konteksnya dalam kehidupan mereka jauh dari ajaran islam.  Trilogi kedua yakni kerukunan sesama manusia, bahwa didalam membangun relasi jangan ada sekat dalam perbedaan, kita harus menjalin hubungan yang harmonis dan saling menguatkan serta saling menghargai akan adanya perbedaan dikarenakan kita adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Trilogi ketiga yakni kerukunan antara manusia dengan Lingkungan, dimana manusia harus banyak menyadari bahwa berbagai bencana alam yang terjadi disekitar kita diakibatkan akan ulah manusia itu sendiri maka dari itu kesadaran akan pentingnya cinta akan lingkunan harus benar ditanamkan pada setiap manusia.”

Bahwa terkait dari ketiga trilogi tersebut Haji Usman Senong  menambahkan “saya sangat mengharapkan pemerintah  bekerjasama dengan penyuluh dan penghulu untuk memberikan peran dan partisipasi mereka sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing di tengah-tengah masyarat yang majemuk.”

Dialog yang berlangsung dalam suasana penuh keakraban ini menghadirkan dua tokoh sentral: Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tana Toraja K.H. Zaenal Muttaqin dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tana Toraja Haji Achmad Toago. Keduanya berbagi pandangan soal pentingnya membangun kesadaran bersama akan hidup damai, saling menghormati, dan tidak terjebak dalam sikap keagamaan yang eksklusif dan ekstrem.

Ketua MUI menegaskan bahwa moderasi beragama bukan berarti memoderasi agama, melainkan cara umat beragama menjalankan ajaran agamanya dengan penuh hikmah, keseimbangan, dan toleransi. “Kita tidak mengorbankan akidah, tapi kita menghindari sikap berlebihan. Di Tana Toraja, pluralitas adalah kenyataan, dan moderasi adalah kebutuhan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PCNU menekankan pentingnya membumikan ajaran Islam rahmatan lil alamin melalui dakwah yang ramah, bukan marah. Ia menyampaikan, “NU sejak awal berdiri memegang teguh prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). Ini saatnya kita perkuat kolaborasi lintas organisasi keagamaan untuk menjaga kebersamaan.”

Sebagai Kesimpulan  Haji Arifuddin menambahkan “Ini bukan sekadar forum diskusi, ini ruang bersama untuk menenun kembali nilai-nilai persaudaraan sejati antarumat beragama, dimulai dari dalam, dari kita sendiri, dari umat Islam itu sendiri, Kita harus menanamkan 5 Hal perbedaan yakni menerima perbedaan, memahami perbedaan, menghargai perbedaan, mengakui perbedaan serta bersedia bekerjasama dalam perbedaan pungkasnya.(AS)