Menanam Moderasi dari Akar: Seksi Bimas Islam Gelar Pembinaan Penyuluh Agama Islam Berbasis Kampung Moderasi

Makale, Humas Bimas Islam Kemenag Tator – Di tengah derasnya arus perubahan dan kompleksitas tantangan sosial-keagamaan, pendidikan dan pembinaan keagamaan yang inklusif, moderat, dan membumi menjadi suatu keniscayaan. Dalam konteks inilah, peran para penyuluh agama menjadi sangat penting.

Menjawab kebutuhan tersebut, Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Toraja menggelar kegiatan bertajuk Pembinaan Penyuluh Agama Islam Berbasis Lokasi Kampung Moderasi Beragama. Kegiatan ini menyasar para penyuluh agama baru, baik yang berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) maupun Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan dilaksanakan pada 15–16 Juli 2025, bertempat di Aula KUA Kecamatan Mengkendek dan Aula KUA Kecamatan Rantetayo.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Seksi Bimas Islam, H. Arifuddin, yang dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan membekali para penyuluh dengan pemahaman mendalam mengenai pentingnya moderasi beragama, strategi komunikasi yang efektif dalam masyarakat majemuk, serta pendekatan kontekstual yang sesuai dengan karakteristik kampung binaan masing-masing.

Dasar pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada:

  1. PMA No. 80 Tahun 2002 tentang Pengaturan Jabatan Fungsional Penyuluh
  2. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 637 Tahun 2004 tentang Ruang Lingkup Kegiatan Penyuluh Agama Islam
  3. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 1172 tentang Kewajiban Penyuluh Melaksanakan Dakwah melalui Media Sosial
  4. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 604 Tahun 2024 tentang Pedoman Pengembangan Kampung Moderasi Beragama
  5. DIPA Bimas Islam Tahun 2025

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Toraja, H. Usman Senong, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki keterkaitan erat dengan pemetaan wilayah binaan penyuluh. Ia menekankan pentingnya menggali informasi dan pendapat dari tokoh-tokoh masyarakat setempat guna memahami budaya dan tradisi yang berkembang, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi penyuluh dapat dilakukan secara seimbang dan kontekstual.

“Penyuluh harus memahami kondisi umat di daerah binaannya, mengenali problematika yang ada, kemudian menyusun program pembinaan, dan menjalankannya dengan penuh kesabaran serta pendekatan yang tepat,” jelasnya.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama yang membahas tema moderasi beragama dari dua perspektif: ajaran Islam dan pendekatan budaya lokal.

Pada sesi pertama, Dahlan K. Bangngapadang, tokoh masyarakat Tana Toraja, menekankan pentingnya membangun kampung moderasi melalui pendekatan budaya lokal. Ia mengajak para penyuluh untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat sebagai fondasi dalam menyampaikan pesan moderasi. Tradisi seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi antar suku dan agama menjadi modal utama dalam menciptakan kampung yang damai dan inklusif.

Sementara itu, pada sesi kedua, KH. A. Zainal Muttaqin selaku Ketua MUI Tana Toraja membedah konsep moderasi beragama dari perspektif ajaran Islam. Ia menegaskan bahwa moderasi bukan sekadar sikap toleran, tetapi juga keseimbangan antara spiritualitas dan tanggung jawab sosial. Islam, menurutnya, mengajarkan umat untuk menjauhi sikap ekstrem dan fanatisme, serta mengedepankan keadilan, penghormatan terhadap perbedaan, dan semangat persatuan. “Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta,” tegasnya.

Pembinaan ini juga menjadi ruang dialog terbuka antara para penyuluh dan narasumber, memperkaya wawasan serta strategi dalam menanamkan nilai-nilai moderasi di tengah masyarakat secara efektif. Melalui kegiatan ini, penyuluh diharapkan mampu tampil sebagai agen perubahan yang menyatukan umat dalam keberagaman serta mewujudkan kehidupan beragama yang harmonis dan penuh kedamaian.

Seksi Bimas Islam telah menyalakan obor. Kini, giliran para penyuluh untuk membawa cahaya itu ke seluruh kampung. Menjadi penyuluh bukan hanya pekerjaan, tetapi juga panggilan untuk menjaga Indonesia tetap teduh dalam keberagaman. (AS)